Rosni Idham
(Aceh)
Lahir di desa Sawang Manee Kabupaten Aceh Barat (sekarang Na-gan Raya), 6 Maret 1953. Karyanya dimuat di berbagai media Banda Aceh, Medan, Jakarta dan Malaysia. Antologi tunggalnya Sawang Manee Erat Sekejap (1988) dan bersama antara lain : Antologi Penyair Aceh (1982), Nuansa Dari Pantai Barat (1993), Seulawah (1995), Antologi Sastrawan Asean, Puisi Indonesia (1987),Titia Laut II (Malaysia,1991), Nafas Tanah Rencong (1990), Musim bermula (2001), Ziarah Ombak (2005), Tsunami Note Book (2005).Kegiatan kesenian yang diikuti antara lain : Dialog uatra di kedah,Malaysia (1991), Hari Puisi Malaysia XV di Langkawi, Malaysia (2000), Hari Puisi Dunia (2002), Mengikuti Festival Internation Pembaca dan Penulis tahun 2005 di Ubud Bali.Seniman yang minta pensiun dini, kini menggeluti dunia bisnis, aktif di LSM, terlebih pasca gempa dan Tsunami Desember 2004 sangat focus pada kegiatan kemanusiaan dan pemberdayaan pengungsi. Di dunia politik sempat dua priode mengantarkan kekursi DPRD Kabupaten Aceh Barat. Sebagai pemakalah di berbagai seminar dan lokaharya dan dia juga sebagai Juara Lomba Motivator Nasional 2005. Salah satu puisinya :
Bunga Setaman
(kepada anak-anakku korban tsunami)
Pagi ini
Ketika aku memandang orang-orang memetik bunga di taman
Lalu meletakkannya di air kolam yang mengalir jernih
Dan mengalir seiring senyum semekar sukma
Berdegup aku tiba-tiba
Bergoncang kencang dada gemuruh
Telah gugur bunga-bungaku yang tumbuh
Di bawah siraman alir peluh
Tuhan,
Sinar kesadaran menyentak jiwa
Engkau titipkan bunga-bunga itu
Sebagai amanah atas kepercayaan Mu
Kewajibanku memelihara dan memupuknya
Dengan siraman kasih segenap cinta
Hari demi hari bunga-bungaku tumbuh mekar
Harumnya menebar
Dalam pelukan manik embun yang segar
Bunga setaman, wahai ….
Mengalirlah bersama kebeningan air mata kami
Tersenyumlah bersama keagungan cinta illahi
Menziarahimu dengan rangkaian do’a
Butir hujan adalah kain kafan
Hanya yang Maha Tahu yang kenal pusaramu
Bunga-bungaku, wahai …
Disisinya engkau adalah kesuma
Damailah dalam pelukan Kasihnya
Ikhlas kami melepas
Selamat jalan bunga-bungaku
Di gapura Syurga kita bertemu
Meulaboh, 26 Januari 2005
Diposting oleh penyair Nusantara di 20:54 0 komentar
Samsuddin
Samsuddin
(Aceh)
Lahir di Arul Gele, 17 September 1979. Sekarang ia tercatat sebagai mahasiswa UMUHA. Salah satu puisinya:
Kotaku Hilang Diterjang Tsunami
Indahnya kota tertata rapi
Datang mala petaka takdir Ilahi
Merenggut nyawa penduduk pribumi
Hancurkan seketika tanpa basa-basi
Mungkin kita sedang di uji
Atau malah kita kadang dibenci
Sadarlah wahai penduduk pribumi
Sebab dunia bukan milik kita pribadi
Biarlah badai berlalu dibumi pertiwi
Namun dunia ikut menangisi untuk pribumi ini
Bersabarlah bagi orang yang ditinggal pergi
Tingkatkan iman untuk ibadah yang hakiki
Renungkanlah tragedy tsunami
Air laut meluap menyapu bumi pertiwi
Harta yang kita junjung tinggi
Namun sayang bukan menjadi penolong abadi
Carilah karunia Tuhan untuk dipuji
Mintalah apa yang kita kehendaki
Janganlah berlarut sedih karena bencana ini
Tersenyumlah untuk membangun kembali
Banda Aceh, 3 Februari 2005
Diposting oleh penyair Nusantara di 20:52 0 komentar
Muhammad Natsir
Muhammad Natsir
(Nasir A.NF)
(Aceh)
Lahir di Samalanga, Aceh, 27 Maret 1988. Puisi-puisinya sering dimuat di media massa lokal dan luar negeri seperti Colere, The Towa Review dan Khasanah Budaya. Sering melakukan pementasan teater dan puisi bersama Komunitas Seni Seulawah (KSS) NAD serta Sanggar Matahari (Jakarta) di Graha Bakti Budaya (TIM) sejumlah tempat kesenian di Jakarta dan Sumatera Utara, serta sering pementasan teater dan pembacaan puisi ke sekolah-sekolah di Banda Aceh dan Aceh Besar. Puisinya Koeta Raja pernah dibacakan di Phuket, Thailand dan Negeri Kelantan Malaysia. Mendapat undangan dari Perintah Jerman (Eropa) bagian Negara Amerika (Panama dan Las Vegas), serta pembacaan Puisi di Gothe Institut (pusat kebudayaan Jerman). Pernah menjadi penyiar radio swasta daerah. Sekarang lagi menyiapkan Novel Andaikan Ku Bercinta Dengan Aljabar yang diluncurkan di Indonesia. Salah satu puisinya :
Pasir-pasir Barzanzi
Sketsa-sketsa dunia visual barzanzi
Sumpah angin dan ombak
Terikat firman alam Tuhan
Karang terjepit onggok dosa
Murka menganga langit merah menyala
Sebagai episontrik yang terus berlanjut
Camar putih memanggil nama Tuhan.
Neraka dan surga itu
Adalah sambungan episode
Dalam naskah baik buruk dunia
Atas sumpah angin dan ombak
Terus mengikis pasir-pasir dosa
Berkilau, semakin memutih
Deru menyatu dalam sedu sedan
Hikayat pasir-pasir barzanzi
Tidak lagi terdengar di pesisir Alif
Menggumpal menjadi dongeng batu !
Yang menerjang pintu barzah
Pigura meluntur usang
Antara bongkah-bongkah tajam
Jerat membingkai
Dengan memose tanah berpasir itu
Kini …
Terdengar bisik-bisik sumbang
Membawakan
Hikayat pasir-pasir barzanzi
Yang berujung kalimat ampuh
Setelah Mungkar dan Nangkir
Mengusik tidur panjang
Para tanah yang berdosa
Banda Aceh, 2005
Diposting oleh penyair Nusantara di 20:50 0 komentar
Cut Uswatun Khasanah ZA
Cut Uswatun Khasanah ZA
(Aceh)
Lahir di Aceh Besar, 3 Juli 1989. Nama panggilan Usyana Kekaswa - nasha. Siswa Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) Kesdam IM Banda Aceh. Menulis puisi sejak di MTs.S namun puisi - puisinya belum terpublikasikan ke media massa. Ia juga menggeluti seni tari yang tergabung dalam kelompok tari Cakra mata. Di samping menempa diri di bidang teater di Teater Bola dan Kueta Raja Intertaimen. Ia melengkapi kesukaannya berkesenian di bidang nyanyi yang tergabung dalam Maetsro Orcestra dan Bintang Opera. Salah satu puisinya :
Tragedi Tsunami
Jerit yang membelah-belah sunyi
Dalam gemuruh pasang bandang
Gelombang ganas meluluhlantakkan
Isi negri yang elok
Acehku meu bae’-bae’
Acehku meu bae’-bae’
Acehku meu bae’-bae’
Gedung, rumah
Perahu,pepohonan
Dan apa saja rata dengan tanah
Beribu nyawa melayang
Dalam gulungan angin dan gelombang
Tak ada satu pun yang tersisa
Kecuali maut yang bergelimpangan
Acehku meu bae’-bae’
Acehku meu bae’-bae’
Acehku meu bae’-bae’
Dari ujung khatulistiwa
Hatiku tafakur :
Atas kehendak-Mu
Kembalikan Acehku
Aceh, 2005
Diposting oleh penyair Nusantara di 20:48 0 komentar